Cara Menghitung WACC, Komponen, dan Contoh Studi Kasusnya
Weighted average cost of capital (WACC) dalam Bahasa Indonesia berarti biaya modal rata-rata tertimbang. Penghitungan WACC diperlukan untuk analisis cost of capital (biaya modal) dan capital structure (struktur modal). Cara menghitung WACC memerlukan rumus tersendiri.
Menghitung WACC adalah tugas yang cukup rumit dan kompleks. Untuk lebih memahami tentang WACC dan penghitungan ini, Anda perlu memperdalam pengetahuan tentangnya dengan cara memahami poin-poin pentingnya.
Pengertian dan Fungsi WACC
Sebelum belajar cara menghitung WACC, Anda sebaiknya memahami pengertian dan fungsi WACC.
1. Pengertian Weighted Average Cost of Capital
WACC merupakan jenis rasio keuangan yang mengkalkulasi total biaya modal suatu perusahaan dari semua sumber (utang dan ekuitas) secara proporsional.
Dengan kata lain, WACC adalah rata-rata tingkat pengembalian yang harus disediakan oleh perusahaan untuk pemasok modal agar mau menyalurkan modal mereka kepada perusahaan.
Dikarenakan proporsi modal, yaitu utang dan ekuitas, tidak sama, maka perusahaan harus menimbangnya berdasarkan rasio kontribusinya (kepentingannya) terhadap capital structure perusahaan.
Dari sudut pandang investor, WACC adalah pengembalian investasi. Di sisi lain, WACC adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Fungsi WACC
WACC memiliki lima fungsi, bagi perusahaan maupun investor. Apa sajakah kelima fungsi tersebut?
- Membantu Manajemen Perusahaan Mengevaluasi Pembiayaan Aset Baru
WACC membantu manajemen perusahaan dalam mengevaluasi pembiayaan pembelian aset baru. Dengan bantuan WACC, perusahaan dapat mengetahui apakah mereka harus membeli aset baru dengan ekuitas atau utang dengan membandingkan opsi biaya dari keduanya.
- Financial Modeling
WACC memiliki fungsi financial modelling, yaitu tingkat diskonto guna mengkalkulasi tingkat net present value sebuah bisnis.
- Menilai Kelayakan Performa Investasi
Bagi investor, WACC berfungsi untuk menilai kelayakan performa investasi pada suatu perusahaan. Bagi mereka, perhitungan WACC juga berguna untuk menilai kelayakan bisnis suatu perusahaan.
- Menganalisis Struktur Modal
WACC berfungsi untuk menganalisis struktur modal suatu perusahaan. Dengan demikian, akan diketahui apakah modal berasal dari utang atau ekuitas atau kombinasi keduanya.
- Menentukan Rate of Return yang Perlu Dicapai untuk Menutup Biaya Modal
Karena WACC merupakan metrik cost of capital, melaluinya investor dapat menentukan rate of return (target keuntungan) yang perlu dicapai untuk menutup biaya modal.
Pengembalian yang menguntungkan ditunjukkan oleh rate of return yang lebih tinggi dari cost of capital (biaya modal).
Cara Menghitung WACC
Perhitungan WACC memerlukan sebuah rumus yang terdiri dari berbagai komponen. Berikut ini rumus cara menghitung WACC.
WACC = (E/V x Re) + [(D/V x Rd) x (1-T)]
Keterangan:
E/V: persentase modal ekuitas
E/D: persentase modal utang
D: market value dari utang
E: market value dari ekuitas
V: D + E
Rd: cost of debt
Re: cost of equity
T: corporate tax rate
Jika perusahaan dibiayai oleh utang, ekuitas, dan saham preferen, maka rumus WACC adalah sebagai berikut.
WACC = (%Equity x Cost of Equity) + [(%Debt x Cost of Debt) x (1-Tax Rate)] + (%Preferred Stock x Cost of Preferred Stock)
Komponen WACC
Dari rumus cara menghitung WACC di atas, dapat diketahui bahwa WACC memiliki beberapa komponen utama.
1. Cost of Equity atau Biaya Ekuitas
Cost of equity merupakan opportunity cost atau biaya peluang bagi investor atau pemegang saham atas modal yang ditanamkan pada perusahaan dalam mengharapkan tingkat rate of expected return. Jadi, cost of equity adalah kompensasi atas risiko investasi bagi investor.
Rumus cost of equity adalah Re = Rf + β x (Rm - Rf)
Keterangan:
Re: biaya ekuitas
Rf: risk-free rate
Β: beta ekuitas atau risiko pasar
Rm: return historis pasar atau market risk premium
Beberapa dari Anda mungkin masih merasa asing dengan istilah di atas, berikut ini sedikit penjelasan mengenai beberapa dari istilah tersebut.
- Beta
Beta merupakan tingkat volatilitas return saham relatif terhadap pasar. Angka tersebut baru bisa diketahui setelah proyek investasi berjalan atau diestimasi dari return sebelumnya.
Cara menghitungnya adalah dengan membagi kovarian dari market risk premium dengan varian market risk premium.
- Risk-Free Rate atau Tingkat Bebas Risiko
Risk-free rate merupakan return yang dihasilkan oleh investasi bebas risiko, contohnya government bond.
- Market Risk Premium
Return yang diharapkan oleh para pemegang saham atas pilihan portofolio pasar yang berisiko daripada risk-free rate.
2. Cost of Debt atau Biaya Utang
Cost of debt merupakan interest rate (suku bunga) yang dibayarkan oleh perusahaan kepada institusi keuangan atau kreditur yang memberi pinjaman. Penghitungan cost of debt dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga sesuai jatuh tempo.
Suku bunga juga bisa diperoleh dari penambahan antara risk-free rate dan risk premium. Rumus untuk menghitung biaya utang adalah sebagai berikut.
Re = (Rf + tingkat risiko kredit) (1 – tax rate)
Atau Re = Interest Expense (1 – tax rate)
Keterangan
Re: biaya utang
Rf: risk-free rate
Cost of debt juga dapat dihitung dari laporan keuangan yang ada. Cara menghitung cost of debt dari laporan keuangan yaitu beban keuangan dibagi dengan total liabilitas.
Contoh Studi Kasus Menghitung WACC
Berikut in contoh soal cara menghitung WACC dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya.
1. Sebuah perusahaan A ingin melakukan ekspansi bisnis dan perlu modal sebesar 3,5 milyar rupiah. Oleh karenanya, perusahaan A menerbitkan saham sebanyak 1 juta lembar dengan harga per lembarnya 3 ribu rupiah.
Investor menginginkan return saham sebesar 20%. Perusahaan ini juga meminjam uang dari bank sebesar 500 juta rupiah dengan interest rate 10%. Diketahui pula bahwa besarnya pajak perusahaan adalah 10%. Maka, berapa nilai WACC perusahaan A?
Jawab:
Diketahui:
Rd = 10%
Re = 20%
D = 500 juta rupiah
E= Rp3.000 x 1 juta lembar saham = 3 milyar rupiah
V = 500 juta + 3 milyar = 3,5 milyar rupiah
T = 10% = 0,1
WACC = (E/V x Re) + [(D/V x Rd) x 1-T)
= (3 milyar/3,5 milyar x 20 %) + [(500 juta rupiah/3,5 milyar rupiah x 20%) x 1 – 0,1]
= 0,17 + [0,028 x 0,9]
= 0,17 + 0,025
= 0,195 atau 19,5%
2. Untuk memantapkan pemahaman, mari simak contoh nomor 2, yaitu:
Sebuah perusahaan XYZ memiliki modal saham ekuitas Rp1,2 Milyar dan utang jangka panjang Rp300 juta. Biaya ekuitas adalah 12% dan biaya utang setelah pajak adalah 4%. Hitung WACC!
Sumber Modal |
Jumlah |
Weightage |
Cost of Capital |
WACC |
Equity |
1,2 Milyar |
80% |
12% |
9.6% |
Debt |
300 juta |
20% |
4% |
0.8% |
Total |
1,5 Milyar |
100% |
10.4% |
Jadi, WACC pada perusahaan XYZ tersebut adalah 10,4%.
Analisis WACC
Dari soal nomor 1 di atas, diketahui bahwa equity financing yang dilakukan oleh perusahaan tersebut sebesar 17% dan pembiayaan utang sebesar 2,5%. Dan untuk contoh soal nomor 2, perusahaan XYZ memiliki ekuitas 9,6% dan pembiayaan utang sebesar 0,8%. Dengan demikian, dapat dianalisis bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki pembiayaan utang lebih murah dari pembiayaan ekuitas.
Bagi investor, menanamkan modal di perusahaan ini terlihat menarik karena expected return yang diharapkan oleh investor lebih tinggi dari biaya utang. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai WACC yang tinggi menunjukkan bahwa semakin besar biaya rata-rata tertimbang dari suatu perusahaan.
Dengan demikian perusahaan perlu mengejar expected return yang lebih besar dari WACC agar investasi menjadi menguntungkan.
Kelebihan dan Kekurangan WACC
Perhitungan WACC menawarkan kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya adalah membantu mengetahui kriteria untuk menolak atau menerima proyek baru, mengukur perbandingan antar perusahaan, dan berguna untuk menilai suatu perusahaan.
Sedangkan kekurangan dari WACC adalah asumsi yang dihasilkan tidak realistis serta biaya ekuitas tidak mudah untuk dihitung.
Apapun kelebihan dan kekurangan WACC, perhitungan WACC diperlukan untuk membantu perusahaan maupun investor dalam menentukan langkah bisnis mereka. Sehingga, Anda harus tahu cara menghitung WACC.
0 Response to "Cara Menghitung WACC, Komponen, dan Contoh Studi Kasusnya"
Post a Comment