Apa itu Loss Aversion? Ini Cara Menghindarinya
Loss aversion menjadi salah satu temuan ekonomi yang kini umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang yang ditawari kesempatan lain setelah mendapatkan uang tunai sebesar 100 juta rupiah. Mungkin saja kesempatan tersebut bisa menjadi penawaran yang menguntungkan atau bahkan malah "merugikan".
Hal seperti itu bisa dilihat pada berbagai tayangan televisi, terutama kuis-kuis berhadiah uang tunai yang dibawakan oleh host terkenal. Terlepas dari itu, sebetulnya temuan ekonomi tersebut bisa membawa keburukan dan perlu diketahui bagaimana cara untuk menghindarinya.
Pengertian Loss Aversion
Loss aversion sebenarnya merupakan temuan paling awal dari perilaku ekonomi. Istilah ini merujuk kepada konsep yang menjelaskan bahwa individu perlu mendapatkan kebahagiaan saat memperoleh uang, namun sangat menderita jika kehilangannya.
Selain itu, istilah tersebut juga dapat didefinisikan sebagai kondisi kerugian nyata yang dialami oleh seorang individu baik secara emosional maupun psikologi. Kerugian tersebut mempunyai dampak yang lebih buruk dibandingkan dengan keuntungan yang nilainya setara.
1. Pemahaman Mendetail
Siapa sih yang suka dengan kerugian? Tentu tidak ada yang senang dengan kerugian. Terlebih jika kerugian tersebut berkaitan langsung dengan uang atau finansial. Apabila seseorang mengalami hal tersebut, maka serasa dunia tengah menghimpitnya. Inilah yang dinamakan loss aversion.
Kekhawatiran atau ketakutan seperti ini bisa menjadikan investor menahan lajur investasi yang nantinya justru akan kian merugi ketika seharusnya investasi tersebut dijual kembali. Konsep inilah yang kemudian dapat dikaitkan dengan pelepasan saham oleh para investor. Ini tentu akan sangat berbahaya.
Pelepasan saham yang terlalu cepat bisa menimbulkan hal-hal buruk. Inilah yang disebut dengan efek disposisi. Di samping itu, para investor pemula juga seringkali membuat kesalahan dengan harapan nantinya nilai saham mampu bangkit kembali serta menentang seluruh bukti yang ada.
Kerugian-kerugian ini kemudian akan menyebabkan respon emosional yang sangat esktrim dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Secara psikologis, rasa sakit yang diperoleh karena serangkaian peristiwa tersebut tentu jauh lebih menyiksa. Bayangkan betapa meruginya jika hal ini terjadi.
2. Contoh
Agar lebih memahami tentang istilah perilaku ekonomi ini, maka tidak ada salahnya untuk mengetahui contohnya terlebih dahulu. Dengan contoh yang jelas, tentu Anda bisa lebih memahami seperti apa gambaran perilaku ekonomi ini dengan baik.
- Contoh 1
Pada sebuah kuis “Who want’s to be a milionare”, Pak Djumali berhasil mendapatkan uang tunai senilai Rp.50.000.000,00. Kemudian, untuk melanjutkan kompetisi ke babak selanjutnya, Pak Djumali dihadapkan sebuah pilihan, yaitu apakah mau mempertaruhkan uang tunai tersebut dengan iming-iming hadiah yang jauh lebih besar.
- Contoh 2
Lutfi adalah seorang investor baru. Kemudian, ia membuat keputusan final tentang investasi. Sayangnya, dia hanya berfokus kepada resiko yang dapat membahayakan investasinya dibandingkan dengan potensi keuntungan yang bisa diperoleh lewat investasi tersebut.
Baca juga: Apa itu High Risk High Return? Berikut Konsekuensinya!
Cara Menghindari Loss Aversion
Sebetulnya loss aversion ini cukup sulit untuk dihindari. Terlebih lagi perilaku ini sangat mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin daripada menghindari, justru Anda bisa meminimalisir risiko yang terjadi. Apalagi resiko perilaku ekonomi ini terbilang cukup mengkhawatirkan.
Bahkan risiko tersebut bisa mengganggu fisik dan psikis. Maka dari itu, cobalah terapkan beberapa hal berikut demi bisa meminimalisir perilaku ekonomi itu dengan baik, seperti:
1. Lakukan Strategi Alokasi Aset
Pertama, cobalah lakukan strategi alokasi aset. Sebagai seorang investor, mungkin Anda bisa memprediksi seperti apa sentimen pasar secara tepat. Sekilas tentu akan terdengar sulit. Akan tetapi, tidak ada salahnya memanfaatkan penataan portofolio investasi yang Anda miliki terlebih dahulu. Lakukan dengan baik, ya!
2. Lakukan Framing
Dengan membuat framing (kerangka) dapat memberikan pengaruh persepsi terhadap keputusan besaran investasi yang akan digelontorkan. Buatlah daftar pertanyaan terkait kerugian serta keuntungan yang bisa mengubah keputusan investasi nantinya. Jangan lupa lakukan secara mendetail.
3. Sadari Segala Potensi Buruk Sejak Awal
Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah dengan menyadari segala potensi buruk sejak awal terlebih dahulu. Dengan demikian, jika nantinya memang ada kemungkinan buruk yang terjadi, maka Anda tidak terlalu merasa sakit hati atau mengalami dampak buruk lainnya yang mengganggu mental.
4. Perkuat Mental
Memperkuat mental diri juga sangat penting dalam menjalani beragam aktivitas sehari-hari. Persiapkan psikis untuk menghadapi segala hal yang terjadi. Segala kemungkinan pasti ada, baik hal buruk maupun hal baik. Jadi, untuk menghadapi hal apapun yang akan datang di masa depan, Anda sudah siap.
5. Perbanyak Wawasan Diri
Tidak lupa pula untuk coba memperbanyak wawasan diri. Dunia ini begitu luas dan membutuhkan pemahaman yang juga luas. Jangan hanya terbatas dengan ruang lingkup saja. Semakin luas wawasan Anda, tentu akan semakin bagus pula untuk membuka pikiran Anda kedepannya nanti.
6. Selalu Siapkan Planning A dan B
Segala hal di dunia ini pastinya memiliki resiko. Maka dari itu, penting sekali untuk menyiapkan rencana cadangan. Rencana seperti ini diharapkan mampu menjadi back up apabila salah satu rencana tidak sesuai dengan ekspektasi awal.
7. Selalu Terbuka dalam Menerima Kritik
Benar saja, untuk meminimalisir perilaku ekonomi tersebut Anda juga perlu membangun pribadi yang terbuka dengan semua kritik dan masukkan. Jangan kesal dan marah dalam menerima masukkan dari orang lain. Bersikaplah menerima dengan semua hal yang dirasa mampu membangun diri lebih baik lagi.
Loss aversion memang bukan hal yang baik untuk diri. Alih-alih demikian, justru perilaku ekonomi ini mampu menyiksa diri dan memperburuk keadaan. Karena menghindarinya terasa sulit, mungkin Anda bisa meminimalisirnya. Siapkan fisik dan psikis untuk menghadapi segala situasi yang terjadi.
0 Response to "Apa itu Loss Aversion? Ini Cara Menghindarinya"
Post a Comment